Minggu, 23 September 2012

Askep trauma ginjal



ASKEP TRAUMA GINJAL

A.     Definisi
§  Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem urinari.
§  Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.

B.       Etiologi
§  Truma tajam atau trauma tumpul.
Dapat menjadi bagian dari multiple trauama.

C.     Klasifikasi
1.      Kontusio
2.      Ruptur simpai
3.      Laserasi parenkim :
-   Tidak mencapai  pielum
-   Robekan pielum
-   Kerusakan Total Seluruh Parenkim Pielum

Klasifikasi menurut Smith’s General Urology, 13th ed., 1992 adalah seperti berikut;
a.       Gred I Kontusio atau subkapsular hematom tanpa lacerasi parenkim.
b.      Gred II Tidak membesar, confined perirenal hematoma atau lacerasi kortikal kurang dari 1 cm dalam tanpa ekstravasasi urinary.
c.       Gred III Lacerasi parenkim kurang dari 1 cm kedalam korteks tanpa ekstravasasi urinary.
d.      Gred IV Lacerasi parenkim meliputi corticomedullary junction dan kedalam sistem penampungan. Bias didapatkan thrombosis ateri segmental ginjal tanpa lacerasi parenkim.
e.       Gred V Tiga situasi yang memungkinkan iaitu thrombosis arteri Utama renal, laserasi multiple dan avulse ateri utama renal atau vena.



D.      Patofisiologi
Trauma ginjal tumpul bias diklasifikasikan mengikut tahap keparahan luka dan yang paling sering ditemukan ialah kontusio ginjal. Trauma tumpul pada region costa ke 12 menekan ginjal ke lumbar spine dan akan mengakibatkan cedera pada pinggang atau bahagian bawah ginjal. Ditempat costa 12 memberi impak. Ginjal juga boleh rusak akibat dari tekanan dari bahagian anterior abdomen sering kali dalam kecederaan dalam kecelakaan lalu lintas.Trauma penetrasi yang sering kali disebabkan oleh luka tusuk atau luka tembak sering ditemukan juga. Walaupun sering ditemukan hematoma peri-renal, pasien mungkin tidak menunjukkan hematuria kecuali luka mencapai calyx atau pelvis.
                                                                                
E.      Manifestasi Klinis

1.    Nyeri
2.    Hematuria
3.    Mual dan muntah
4.    Distensi abdomen
5.    Syok akinat trauma multisistem
6.    Nyeri pada bagian punggung
7.    Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
8.    Massa di rongga panggul
9.    Ekimosis
10. Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul

F.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Foto pols abdomen
b.      IVP →bila pasien tidak syock
c.       CT Scan Abdomen
d.      USG ginjal → Dicurigai adanya hematom

G.     Penatalaksanaan Medis
1.    Konservatif
2.    Eksplorasi
a.    Indikasi absolut
b.    Indikasi relatif
H.     Komplikasi
Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera
1.    Urinoma
2.    Delayed bleeding
3.    Urinary fistula
4.    Abses
5.    Hipertensi

Komplikasi lanjut
1.    Hidronefrosis
2.    Arteriovenous fistula
3.    Piolenofritis
KONSEP PERAWATAN

1.      Pengkajian
Data Primer
A : Airway
      Tidak ada obstruksi jalan nafas.
B : Breathingia
      Ada dispneu, penggunaaan otot bantu nafas dan nafas cuping hidung.
C : Circulation
      Hipotensi, pendarahan, adanya tanda ( Bruit ), takikardia, diaforesis.
D : Dissabiliti
      Nyeri, penurunan kesadaran.

Data Sekunder
a.       Aktivitas / istirahat
    • Kelemahan atau keletihan
    • Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
    • Keterbatasan partisipasi dalam hobi atau latihan
b.      Sirkulasi
o   Palpitasi dan nyeri
o   Perubahan pada tekanan darah
c.       Integritas ego
o   Faktor stress, dan cara mengatasi stress, Pencarian pengobatan, keyakinan religius/ spiritual
o   Masalah perubahan dalam penampilan ( mis ; alopasia, pembedahan ).
o   Perasaan tidak berdaya , putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, depresi.
d.      Eliminasi
o   Perubahan eliminasi urinaryus, misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,  hematuria, sering berkemih.
o   Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
e.       Makanan dan cairan
o   Anoreksia, mual dan muntah
o   Intoleransi makanan
o   Penurunan berat badan, kakeksia, berkurangnya masa otot.
o   Perubahan pada kelembaban/trugor kulit.
f.       Neurosensoris
o   Pusing atau sinkope.
g.      Seksualitas
o   Masalah seksual; dampak pada hubungan , perubahan padatingkat kepuasan
h.      Interaksi sosial
o   Ketidakkuatan / kelemahan system pendukung.
o   Dukungan atau support dari keluarga.
o   Masalah tentang fungsi/ tanggung jawab peran.

2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut b/d adanya robekan jaringan.
2.      Gangguan eliminasi urine b/d kerusakan pada ginjal.
3.      Resiko tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun, malnutrisi, prosedur invasif.

3.      Intervensi Keperawatan
1.      Diagnosa nyeri b/d adanya robekan jaringan.
Tujuan : Nyeri dapat terkontrol
Intervensi :
a.       Kaji intensitas nyeri, perhatikan lokasi dan karakteristik
Rasional :   hasil pengkajian membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan ketidakefektifan analgesik atau menyatakan adanya komplikasi.
b.      Bedrest dan atur posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional :   posisi yang nyaman dapat membantu meminimalkan nyeri.
c.       Anjurkan pasien untuk menghindari posisi yang menekan lumbal, daerah trauma.
Rasional :   nyeri akut tercetus panda area ginjal oleh penekanan.
d.      Lakukan kompres dingin area ekimosis bila tanpa kontra indikasi
Rasional :   kompres dingin mengkontriksi vaskuler.

Kolaboratif
e.       Berikan analgesik sesuai dengan resep
Rasional :   analgesic dapat menghilangnkan nyeri dan ketidaknyamanan.
2.      Diagnosa Gangguan eliminasi urine b/d kerusakan pada ginjal.
Tujuan : Eliminasi urine cukup atau kembali normal
Intervensi :
a.       Monitor asupan dan keluaran urine
Rasional :   hasil monitoring memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Contohnya infeksi dan perdarahan.
b.      Monitor paralisis ileus (bising usus)
Rasional :   Gangguan dalam kembalinya bising usus dapat mengindikasikan adanya komplikasi, contoh peritonitis, obstruksi mekanik.
c.       Amankan inspeksi, dan bandingkan setiap specimen urine.
Rasional :   berguna untuk mengetahui aliran urine dan hematuria.
d.      Lakukan kateterisasi bila diindikasikan.
Rasional :   kateterisasi meminimalkan kegiatan berkemih pasien yang kesulitan berkemih manual.
e.       Pantau posisi selang drainase dan kantung sehingga memungkinkan ridak terhambatnya aliran urine.
Rasional :   hambatan aliran urine memungkinkan terbentuknya tekanan dalam saluran perkremihan, membuat resiko kebocoran dan kerusakan parenkim ginjal.
3.      Resiko tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun, malnutrisi, prosedur invasif.
Tujuan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal.
Intervensi :
a.       Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi silang.
b.       Jaga personal hygine klien dengan baik.
Rasional : Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
c.       Monitor temperatur.
Rasional : Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d.      Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
Rasional : Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
e.       Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
Rasional : Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
Kolaboratif                                                            
f.        Berikan antibiotik bila diindikasikan.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.

Penyimpangan KDM
                                               Robekan pada abdomen
Trauma tajam                                                                             
                                               Robekan pada ginjal
                                                                                                                 GANGGUAN ELIMINASI
                 NYERI                            Tekanan sub kortikal                                URIN
                                                            dan intracaliceam
         Ketakutan bergerak                                                                       Hematuria
                                                              Pendarahan                              RESIKO INFEKSI
           Perubahan status                                                                         anemia
               kesehatan     
                                                                                                                        Keletihan
            










Tidak ada komentar:

Posting Komentar