ASKEP TRAUMA GINJAL
A.
Definisi
§ Trauma
ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem urinari.
§ Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang
disebabkan oleh berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam.
B.
Etiologi
§ Truma tajam atau trauma tumpul.
Dapat menjadi bagian dari multiple trauama.
C.
Klasifikasi
1.
Kontusio
2.
Ruptur simpai
3.
Laserasi parenkim :
- Tidak mencapai pielum
- Robekan pielum
- Kerusakan Total Seluruh Parenkim Pielum
Klasifikasi
menurut Smith’s General Urology, 13th ed., 1992 adalah seperti berikut;
a. Gred
I Kontusio atau subkapsular hematom tanpa lacerasi parenkim.
b. Gred
II Tidak membesar, confined perirenal hematoma atau lacerasi kortikal kurang
dari 1 cm dalam
tanpa ekstravasasi urinary.
c. Gred
III Lacerasi parenkim kurang dari 1 cm kedalam korteks tanpa ekstravasasi urinary.
d. Gred
IV Lacerasi parenkim meliputi corticomedullary junction dan kedalam sistem
penampungan. Bias didapatkan thrombosis ateri segmental ginjal tanpa lacerasi parenkim.
e. Gred
V Tiga situasi yang memungkinkan iaitu thrombosis arteri Utama renal, laserasi
multiple dan avulse ateri utama renal atau vena.
D.
Patofisiologi
Trauma
ginjal tumpul bias diklasifikasikan mengikut tahap keparahan luka dan yang
paling sering ditemukan ialah kontusio ginjal. Trauma tumpul pada region costa
ke 12 menekan ginjal ke lumbar spine dan akan mengakibatkan cedera pada
pinggang atau bahagian bawah ginjal. Ditempat costa 12 memberi impak. Ginjal
juga boleh rusak akibat dari tekanan dari bahagian anterior abdomen sering kali
dalam kecederaan dalam kecelakaan lalu lintas.Trauma penetrasi yang sering kali
disebabkan oleh luka tusuk atau luka tembak sering ditemukan juga. Walaupun
sering ditemukan hematoma peri-renal, pasien mungkin tidak menunjukkan hematuria
kecuali luka mencapai calyx atau pelvis.
E.
Manifestasi Klinis
1. Nyeri
2. Hematuria
3. Mual dan muntah
4. Distensi abdomen
5. Syok akinat trauma multisistem
6. Nyeri pada bagian punggung
7. Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin
besar
8. Massa di rongga panggul
9. Ekimosis
10. Laserasi
atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul
F.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto pols abdomen
b. IVP →bila pasien tidak syock
c. CT Scan Abdomen
d.
USG ginjal → Dicurigai adanya hematom
G. Penatalaksanaan
Medis
1. Konservatif
2. Eksplorasi
a. Indikasi absolut
b. Indikasi relatif
H.
Komplikasi
Komplikasi
awal terjadi I bulan pertama setelah cedera
1. Urinoma
2. Delayed bleeding
3. Urinary fistula
4. Abses
5. Hipertensi
Komplikasi
lanjut
1. Hidronefrosis
2. Arteriovenous fistula
3. Piolenofritis
KONSEP
PERAWATAN
1. Pengkajian
Data
Primer
A : Airway
Tidak
ada obstruksi jalan nafas.
B : Breathingia
Ada dispneu, penggunaaan
otot bantu nafas dan nafas cuping hidung.
C : Circulation
Hipotensi, pendarahan,
adanya tanda ( Bruit ), takikardia, diaforesis.
D : Dissabiliti
Nyeri, penurunan
kesadaran.
Data
Sekunder
a.
Aktivitas / istirahat
- Kelemahan atau keletihan
- Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
- Keterbatasan partisipasi dalam hobi atau latihan
b.
Sirkulasi
o Palpitasi
dan nyeri
o Perubahan
pada tekanan darah
c. Integritas ego
o
Faktor
stress, dan cara mengatasi stress, Pencarian pengobatan, keyakinan religius/
spiritual
o
Masalah
perubahan dalam penampilan ( mis ; alopasia, pembedahan ).
o
Perasaan
tidak berdaya , putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, depresi.
d. Eliminasi
o
Perubahan eliminasi urinaryus, misalnya nyeri
atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
o
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
e.
Makanan dan cairan
o
Anoreksia,
mual dan muntah
o
Intoleransi
makanan
o
Penurunan
berat badan, kakeksia, berkurangnya masa otot.
o
Perubahan
pada kelembaban/trugor kulit.
f. Neurosensoris
o
Pusing atau sinkope.
g. Seksualitas
o
Masalah
seksual; dampak pada hubungan , perubahan padatingkat kepuasan
h. Interaksi sosial
o
Ketidakkuatan / kelemahan system pendukung.
o
Dukungan atau support dari keluarga.
o
Masalah tentang fungsi/
tanggung jawab peran.
2.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d adanya robekan jaringan.
2. Gangguan eliminasi urine b/d kerusakan pada ginjal.
3. Resiko
tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun,
malnutrisi, prosedur invasif.
3.
Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa nyeri b/d adanya robekan jaringan.
Tujuan
: Nyeri dapat terkontrol
Intervensi
:
a. Kaji intensitas nyeri, perhatikan lokasi dan
karakteristik
Rasional
: hasil pengkajian membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan
ketidakefektifan analgesik atau menyatakan adanya komplikasi.
b. Bedrest dan atur posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional :
posisi yang nyaman dapat membantu meminimalkan nyeri.
c. Anjurkan pasien untuk menghindari posisi yang menekan
lumbal, daerah trauma.
Rasional :
nyeri akut tercetus panda area ginjal oleh penekanan.
d. Lakukan kompres dingin area ekimosis bila tanpa kontra
indikasi
Rasional
: kompres dingin mengkontriksi vaskuler.
Kolaboratif
e. Berikan analgesik sesuai dengan resep
Rasional :
analgesic dapat menghilangnkan nyeri dan ketidaknyamanan.
2. Diagnosa Gangguan eliminasi urine b/d kerusakan pada
ginjal.
Tujuan
: Eliminasi urine cukup atau kembali normal
Intervensi
:
a. Monitor asupan dan keluaran urine
Rasional : hasil monitoring
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Contohnya
infeksi dan perdarahan.
b. Monitor paralisis ileus (bising usus)
Rasional : Gangguan dalam kembalinya
bising usus dapat mengindikasikan adanya komplikasi, contoh peritonitis,
obstruksi mekanik.
c. Amankan inspeksi, dan bandingkan setiap specimen
urine.
Rasional : berguna untuk mengetahui
aliran urine dan hematuria.
d. Lakukan kateterisasi bila diindikasikan.
Rasional : kateterisasi meminimalkan
kegiatan berkemih pasien yang kesulitan berkemih manual.
e. Pantau posisi selang drainase dan kantung sehingga
memungkinkan ridak terhambatnya aliran urine.
Rasional : hambatan aliran urine
memungkinkan terbentuknya tekanan dalam saluran perkremihan, membuat resiko
kebocoran dan kerusakan parenkim ginjal.
3. Resiko
tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun,
malnutrisi, prosedur invasif.
Tujuan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan
luka berlangsung normal.
Intervensi
:
a.
Cuci
tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal
yang sama.
Rasional
: Mencegah terjadinya infeksi silang.
b. Jaga
personal hygine klien dengan baik.
Rasional
: Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
c. Monitor
temperatur.
Rasional
: Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d. Kaji
semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
Rasional
: Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
e. Hindarkan/batasi
prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
Rasional : Adanya
indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi
organisme penyebab infeksi.
Kolaboratif
f.
Berikan antibiotik bila
diindikasikan.
Rasional
: Mencegah terjadinya infeksi.
Penyimpangan KDM
Robekan
pada abdomen
Trauma
tajam
Robekan
pada ginjal
GANGGUAN ELIMINASI
NYERI Tekanan sub kortikal URIN
dan intracaliceam
Ketakutan bergerak Hematuria
Pendarahan RESIKO
INFEKSI
Perubahan status anemia
kesehatan
Keletihan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar